Minggu, 17 Juni 2018

Cinta Untukmu dan Untuk-Nya (Part 2)


●Kebersamaan Kami●
Hari-hari pun berlalu dengan semestinya. Iya, semestinya dua insan yang sedang berpacaran. Pasti semua tahu bagaimana sikap anak muda jika berpacaran. Kegiatan rutin yang mukin bagi kebanyakan anak muda itu menjadi hal yang biasa dan lumrah adanya. Bergandengan tangan, sering duduk bersebelahan, chat setiap hari, panggilan khusus, nonton bareng, saling perhatian, dan lain sebagainya. Saat itu aku sangat senang dan berpikir bahwa hal-hal tersebut adalah hal yang sangat menyenangkan. Pertengkaran-pertengkaran ringan hingga serius pun pernah kami alami dan lalui bersama. Candaan yang tak lucu hingga benar-benar lucu pun selalu ada diantara perbincangan kami. Bahkan gombalan-gombalan yang tidak jelas pun selalu keluar dari mulut manisnya itu. Tak dapat kupungkiri, saat itu aku sangat menyukainya. Dan rasa cintaku pun perlahan menjadi rasa sayang yang teramat untuknya. Iya, aku menyayanginya. Aku menyayangi Tian.
Suatu hari dia pernah sakit, mual dan kedinginan. Tanpa berpikir panjang, aku langsung mencarikannya obat dan minyak kayu putih. Entah mengapa, saat aku melihat dia sakit, hatiku terasa sangat khawatir. Aku tak ingin melihatnya sakit. Intinya, aku tak ingin sampai hal buruk terjadi padanya. Obat pun langsung kuberikan padanya. Dan karena ia merasa kakinya kedinginan, aku langsung mengolesi kakinya dengan minyak kayu putih. Saat itu dia bilang "Jangan, kakiku kotor. Nanti tanganmu juga kotor". "Gapapa" jawabku. Dalam hati aku berkata, tak apa tanganku kotor, aku tak peduli, yang terpenting dia sembuh. Iya, hanya itu yang ku mau.
Sudah menjadi rahasia umum dan pastinya dialami oleh semua pasangan yang berpacaran, saat sang kekasih lesu, kata yang terlontar dari pacarnya adalah "Kamu baik-baik saja?". Saat sang kekasih terlihat pucat, kata yang terlontar dari pacarnya adalah "Kamu sakit?" sembari memegang keningnya atau menggenggam tangannya. Dan satu hal yang menjadi kebiasaan adalah saat ditengah pertengkaran, lelaki pasti bilang "maaf ya. Kamu nggak salah kok. Aku yang salah", dan disaat itulah wanita merasa senang dan nanti pada akhirnya dia menyadari kesalahannya (jika memang yang salah wanita). Karena memang pada dasarnya wanita sulit untuk mengalah sih dan selalu menuntut agar dimengerti. Ada juga saat sang wanita sulit tidur, pasti dia ingin agar lelaki menelponnya dan menemaninya, dan disaat itulah sang lelaki langsung dengan sigapnya menelpon dan siap menemani 24 jam. Selain itu satu kegiatan yang paling romantis menurut anak muda jaman sekarang adalah saat sang wanita mengantuk, lelaki pasti akan menyediakan pundak untuknya sebagai tempat untuk bersandar, benar kan?.  Semua hal itu pun terjadi dalam hubungan kami. Dan saat mengalaminya, aku memang sangat senang dan malu. Walau terkadang Tian sulit untuk menyelesaikan permasalahannya langsung dan cenderung diam saat bertengkar denganku.
Dia termasuk seseorang yang rajin akan ibadahnya dan sangat sederhana. Aku suka akan kesederhanaannya, karena itulah yang membuatku merasa nyaman saat bersamanya. Namun aku tak pernah menyadari bahwa aku mencintainya dengan cara yang salah, benar-benar salah.
Tanggal 4 April adalah tanggal yang terpenting untukku. Tanggal dimana pertama kalinya aku bernapas di dunia ini. Tanggal dimana aku menangis untuk pertama kalinya. Iya, tanggal itu ada hari kelahiranku. Dan di tahun ini, yang berbeda adalah aku memilikinya. Aku sangat terkejut saat di sore hari ada yang mengetuk pintu rumah. Dan ternyata mereka adalah Tian dan teman-teman terdekatku. Pantas saja dia tak mengucapkan selamat untukku sejak pagi. Dan di momen inilah dia memberiku sebuah kado. Iya, sebuah boneka lucu dan cukup besar. Didalamnya pun terdapat kartu ucapan "Selamat Ulang Tahun Putri ku. Semoga selalu menjadi anak yang berbakti dan menjadi anak yang sholeha. Aamiin". Ya, ucapan singkat itu tak kusangka mungkin berpengaruh padaku secara bertahap dan aku mulai merasakannya.
Lima bulan lebih kami berpacaran. Suatu hari aku merasakan sesuatu yang tak biasa. Sesuatu yang menggetarkan hatiku secara tiba-tiba. Sesuatu yang membuat diriku merasa takut, khawatir, cemas, dan bingung. Dan keesokannya aku mengatakan sesuatu kepada Tian, "Tian, maaf sebelumnya. Jangan pernah marah dan tersinggung kepadaku. Aku merasa hubungan kita tak bisa diteruskan. Ini salah Tian, benar-benar salah. Maafkan aku. Kita harus mengakhirinya". Namun mengapa Tian diam saja? Apa aku salah?

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Meraih Impian (Cerita Sejarah Pribadi)

Kala itu bertepatan pada hari kartini, terdapat seorang anak yang mulai membuka mata untuk pertama kalinya. Tangisan terdengar saat ia mula...